Sebuah analisis memperkirakan bahwa konsumsi statin dosis tinggi dapat meningkatkan risiko kejadian gagal ginjal akut hingga 34% dalam 4 bulan pertama terapi, dibandingkan dengan statin dosis rendah. Hasil penelitian Dr Colin R Dormuth dkk. dari University of British Columbia, Vancouver, Kanada ini telah dipublikasikan secara online dalam BMJ (British Medical Journal).
Beberapa data memperlihatkan bahwa pemberian statin dapat menyebabkan efek samping pada ginjal. Penelitian JUPITER (Justification for the Use of Statins in Prevention: an Intervention Trial Evaluating Rosuvastatin), yang membandingkan pemberian rosuvastatin 20 mg dengan plasebo pada hampir 18.000 pasien, memperlihatkan peningkatan kejadian gagal ginjal akut sebesar 19% (risk ratio 1,19, 95% confidence interval 0,61–2,31).
Risiko yang tidak bermakna ini kemudian makin meningkat menjadi 35% (1,35, 0,81–2,23) bila endpoint juga memasukkan peningkatan kadar serum kreatinin. Penelitian kohort lain yang menggunakan data dari 2.000.000 pasien juga memperlihatkan bahwa pemberian statin berhubungan dengan peningkatan >50% kejadian gagal ginjal akut, terutama pada tahun pertama.
Tabel 1 Perbandingan efek terhadap ginjal antara kelompok terapi rosuvastatin vs atorvastatin dalam penelitian PLANET I
Penelitian PLANET I (Prospective Evaluation of Proteinuria and Renal Function in Diabetic Patients With Progressive Renal Disease), yang meneliti efek pemberian statin pada pasien diabetes dan non-diabetes memperlihatkan bahwa pemberian rosuvastatin dosis tinggi disertai efek samping pada ginjal lebih besar secara bermakna dibandingkan dengan atorvastatin dosis tinggi.
Namun ada juga penelitian yang memperlihatkan bahwa statin memiliki efek yang baik terhadap GFR. Penelitian metaanalisis oleh Dr. Yongxia Wu dkk, yang dipublikasikan dalam Official Journal of the Japanese Circulation Society, memperlihatkan bahwa pemberian rosuvastatin dan atorvastatin memperbaiki GFR, dengan perbaikan proteinuria hanya pada kelompok terapi atorvastatin.
Dengan banyaknya hasil penelitian yang simpang siur mengenai efek statin terhadap ginjal, maka dilakukan penelitian efek beberapa statin terhadap fungsi ginjal. Penelitian oleh Dr Colin dkk. ini melibatkan data kohort observasional dari Kanada, Inggris dan Amerika Serikat. Berdasarkan dosis statinnya, terapi statin dibagi atas statin potensi tinggi dengan statin potensi rendah.
Kriteria statin potensi tinggi untuk masing-masing statin adalah rosuvastatin dengan dosis =10 mg sehari, atorvastatin =20 mg sehari dan simvastatin =40 mg sehari. Dosis lebih rendah masing-masing statin tersebut dinyatakan sebagai statin potensi rendah.
Penelitian melibatkan data dari 2.008.003 pasien dengan usia =40 tahun yang mulai terapi dengan statin untuk pertama kalinya pada tahun 1997–2008, termasuk hampir 59.636 pasien dengan riwayat PGK (Penyakit Ginjal Kronik). Diamati ada tidaknya gangguan ginjal akut dalam 120 hari setelah terapi statin dimulai.
Dalam 120 hari terapi, ada 4691 kejadian rawat inap untuk ganguan ginjal akut pada pasien tanpa riwayat PGK dan 1896 kejadian rawat inap untuk ganguan ginjal akut pada pasien dengan riwayat PGK. Pada pasien tanpa riwayat PGK yang diterapi dengan statin potensi tinggi, ada peningkatan risiko 34% untuk dirawat karena gangguan ginjal akut: 1,34 (95% CI 1,25–1,43) dan 1,10 (95% CI 0,99– 1,23) (tidak bermakna) untuk pasien dengan riwayat PGK. Para ahli memperkira kan bahwa dari 1.700 pasien yang perlu diterapi dengan statin potensi tinggi selama 120 hari, ada satu pasien yang akan dirawat karena gangguan ginjal akut.
RG Fassett and JS Coombes dari University of Queensland, Brisbane, Australia, menekankan bahwa sebenarnya ada sistem skoring untuk membandingkan manfaat vs. risiko gangguan ginjal akut pada pemberian statin, dan penelitian kiranya dapat menghubungkan data ini dengan sistem skoring. Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa para dokter diharapkan menggunakan statin potensi rendah sebisa mungkin untuk meningkatkan manfaat kardiovaskuler tanpa meningkatkan risiko gangguan ginjal akut.
Simpulannya, hingga kini, efek statin terhadap fungsi ginjal masih belum jelas, beberapa penelitian memperlihatkan bahwa rosuvastatin kurang baik terhadap ginjal berdasarkan hasil penelitian JUPITER dan PLANET. Penelitian terakhir di Kanada memperlihatkan bahwa statin potensi tinggi (dosis besar) dapat menyebabkan gangguan ginjal akut. Karena efek statin terhadap fungsi ginjal masih saling bertentangan, diperlukan penelitian lanjutan untuk mengetahui secara pasti efek terapi statin terhadap ginjal, terutama rosuvastatin.
REFERENSI:
1. Dormuth CR, Hemmelgarn BR, Paterson JM, James MT, Teare GF, Raymond CB, et al. Use of high potency statins and rates of admission for acute kidney injury: multicenter, retrospective
observational analysis of administrative databases. BMJ 2013;346:f880
2. Kiortsis DN, Filippatos TD, Mikhailidis DP, Elisaf MS, Liberopoulos EN. Statin-associated adverse eff ects beyond muscle and liver toxicity. Atherosclerosis 2007;195:7–16.
3. Ridker PM, Danielson E, Fonseca FA, Genest J, Gotto AM Jr, Kastelein JJ, et al; JUPITER study group. Rosuvastatin to prevent vascular events in men and women with elevated C-reactive
protein. N Engl J Med 2008;359:2195–207.
4. Wu Y, Wang Y, An C, Dong Z, Liu H, Zhang Y, et al. Eff ects of Rosuvastatin and Atorvastatin on Renal Function. Circ J 2012;76:1259–66.
CDK 219 / 2014