PENDAHULUAN
Wisata saat ini telah menjadi gaya hidup, baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Ada berbagai cara mengadakan wisata, namun tampaknya wisata udara dan darat lebih banyak disukai dan lebih populer daripada wisata laut. Dengan adanya sarana transportasi yang makin canggih seolah-olah tidak ada lagi batas teritorial antara benua satu dengan benua lain. Tanpa dirasakan telah terjadi pertukaran antar negara sehingga mungkin dapat terjadi “masalah” yang harus diantipasi sejak sebelum seseorang melakukan perjalanan. Apalagi bila wisata dilakukan bersama anak-anak. Kesenangan yang diharapkan harus jangan sampai menjadi menjengkelkan oleh hal-hal kecil yang kurang mendapat perhatian.
Bepergian bersama anak merupakan suatu tantangan tersendiri karena berhubungan dengan kebutuhan anak yang berbeda dengan orang dewasa sesuai dengan kematangan pertumbuhannya untuk bayi, anak, atau remaja. Beberapa hal harus menjadi pertimbangan dalam perjalanan bersama anak misalnya, menghadapi suasana lingkungan baru yang berbeda, atau bertemu dengan orang dengan berbagai adat kebiasaan yang berbeda dari negara asalnya.
Di samping itu, terdapat hal lain yang penting adalah bertemunya anak dengan berbagai jenis mikroorganisme yang tidak sama dengan di negeri asalnya, sehingga anak belum mempunyai kekebalan terhadap mikroorganisme tersebut. Makanan dan gaya hidup misalnya akan sangat mempengaruhi kesehatan anak tersebut. Oleh karena itu, jika bepergian ke luar negeri dalam waktu lama, maka vaksinasi harus sudah dilengkapi sebelum berangkat. Minimal empat minggu sebelum berangkat, konsultasi dengan dokter keluarga sangat diperlukan apalagi bila anak mempunyai penyakit kronik atau penyakit kambuhan.
KETENTUAN UMUM(1,2)
Secara umum, sebelum bepergian bersama anak terutama ke luar negeri perlu dipertimbangkan hal-hal berikut:
- Umur: kelompok umur sangat mempengaruhi apa yang harus dipersiapkan sebelum berangkat. Kebutuhan setiap kelompok umur berbeda, maka harus disesuaikan dengan perkembangan anak.
Ketentuan penerbangan terdahulu tidak memperbolehkan bayi berumur kurang dari 2 minggu naik pesawat terbang namun saat ini larangan tersebut lebih disebabkan untuk menghindari penularan penyakit infeksi.
- Lama bepergian, menentukan persiapan yang harus dilakukan. Terutama persiapan vaksinasi, obat-obat yang biasa diminum, kebiasaan makanan terutama untuk bayi.
- Tujuan wisata, beberapa negara mempunyai keharusan memberikan vaksinasi yang berbeda dengan vaksinasi di Indonesia. Misalnya vaksinasi yellow fever dan meningitis meningokokus.
- Status imunisasi; sebelum berangkat, perlu diperhatikan vaksinasi yang seharusnya telah diberikan sesuai umur anak. Terutama imunisasi wajib harus dilengkapi terlebih dahulu sebelum berangkat. Untuk negara yang karena secara epidemiologi mengharuskan pemberian vaksinasi khusus (misalnya vaksinasi meningitis meningokokus, yellow fever), maka sebelum berangkat sebaiknya menghubungi Dinas Kesehatan Pelabuhan Departemen Kesehatan untuk mendapat informasi dan vaksinasi.
- Penyakit menahun, apabila anak menderita penyakit menahun, sebelum berangkat harus berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter keluarga. Persediaan obat yang biasa diminum setiap hari harus dipersiapkan untuk jangka waktu satu bulan. Jika perlu mintalah surat pengantar untuk dokter setempat seandainya di tempat tujuan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
- Peraturan penerbangan melarang anak di bawah lima tahun untuk bepergian naik pesawat seorang diri. Sebaiknya memilih tujuan langsung tanpa harus transit, untuk menghindari penundaan terbang (cancellations). Untuk anak yang sangat aktif papan nama perlu dipasang di dada atau gelang bernama lengkap dengan alamat dan nomer telpon untuk mengantisipasi apabila anak terpisah dari orang tuanya.
- Hal-hal lain yang penting, misalnya pemesanan makanan bayi dapat dilakukan pada saat memesan tiket, persediaan obat-obatan emergensi selama dalam perjalanan seperti obat anti muntah, obat diare, dan obat panas.
AIR CARRIER ISSUES(2,3)
Dalam perjalanan udara, sering ada beberapa isu yang dapat mengkhawatirkan orang tua membawa anaknya bepergian. Isu yang dihadapi oleh aviation medicine sebenarnya menyerupai kewaspadaan yang dihadapi oleh global medicine community. Kesehatan masyarakat sangat perlu memperhatikan perubahan kesehatan biosphere lingkungan, dalam hal ini kualitas dan sifat kabin udara dalam perjalanan udara.
Terdapat persepsi yang salah bahwa kualitas kabin yang buruk akan memudahkan penyebaran penyakit. Isu ini beredar karena saat ini hubungan antar benua dapat dilakukan hanya dalam beberapa jam perjalanan. Secara epidemiologi belum ada bukti mengenai penyebaran penyakit dalam kabin dalam perjalanan udara. Walaupun demikian, pedoman pre-exposure dan post-exposure terhadap penumpang yang menderita penyakit menular tetap menjadi perhatian serius. Ada beberapa mitos negatif seperti sistem ventilasi pesawat menyebabkan kontaminasi infeksi dan penyebaran mikroorganisme patogen, penurunan kadar oksigen dalam kabin menyebabkan gejala samping, atau peningkatan kadar karbondioksida menyebabkan gejala samping.
Terdapat mis-conception di antara masyarakat penumpang (traveling public) dan masyarakat penerbangan (aviation community) dalam hal kualitas kabin. Sehingga timbul beberapa pendapat bahwa kelelahan, nyeri kepala, gangguan keseimbangan (disequilibrium), dan gejala saluran nafas atas dapat merupakan akibat dari recirculated air. Seringkali timbul beberapa istilah di masyarakat dan media masa seperti sick airplane syndrome ataupun sick building syndrome.
Sebenarnya beberapa hal yang dapat mempengaruhi kualitas kabin pesawat adalah tekanan udara, ventilasi, kelembaban dan suhu.
- Tekanan udara dalam kabin sekitar 1500-2500 meter di atas permukaan laut; akibatnya kadar oksigen yang dihisap lebih rendah daripada udara di luar pesawat terbang. Keadaan penurunan tekanan udara dalam kabin tersebut, pada umumnya dapat ditoleransi baik oleh orang sehat.
- Hipoksia: dengan berkurangnya oksigen yang dihisap, akan terjadi sedikit penurunan saturasi oksigen dalam darah sehingga terjadi hipoksia ringan. Anak dengan kelainan kardiovaskular, penyakit paru, atau anemia mungkin tidak dapat mentoleransi dengan baik.
- Udara dalam badan akan mengisi semua rongga tubuh akibat penurunan tekanan udara dalam kabin. Adanya udara dalam perut akan menyebabkan rasa tidak enak, maka jangan minum minuman yang mengandung bikarbonat disarankan minum air putih atau juice. Saat take off udara akan keluar dari telinga tengah dan sinus; sedangkan saat landing udara akan masuk kembali; hal tersebut akan menimbulkan perasaan tidak enak di telinga karena terjadi perbedaan tekanan udara. Rasa tidak enak dapat diatasi dengan menelan, mengunyah atau menguap. Untuk mengurangi gangguan tersebut bayi dapat diberi dot untuk merangsang menelan; sedangkan anak besar dapat melakukan Valsava manuever (menelan ludah).
- Kelembaban dalam kabin relatif rendah, kurang dari 20%. Kelembaban yang rendah ini dapat menyebabkan perasaan tidak enak di mata, mulut, dan hidung. Untuk mengurangi rasa tidak enak tersebut perlu minum cairan yang cukup sebelum dan selama penerbangan, memakai lotion pelembab kulit, mempergunakan saline nasal spray untuk pelembab saluran udara dalam hidung, dan memakai kacamata lebih baik daripada lensa kontak.
- Dehidrasi dapat terjadi apabila asupan cairan selama penerbangan kurang dipenuhi.
- Kontaminasi, penumpang harus yakin bahwa sangat kecil kemungkinan terjadi transmisi penyakit infeksi di dalam kabin pesawat. Kualitas kabin dalam pengawasan yang cermat. Pergantian udara dan filtrasi udara dilakukan setiap 20-30 menit, hal ini lebih baik daripada kebersihan udara dalam bangunan umum. Tentunya sebaiknya anak yang sedang menderita penyakit infeksi menular tidak bepergian terlebih dahulu.
SARAN SEBELUM MELAKUKAN PENERBANGAN BERSAMA ANAK (4,5)
Mengingat kualitas kabin seperti telah diterangkan, maka untuk memperkecil ketidaknyamanan anak selama berada di pesawat disarankan memperhatikan beberapa hal sebelum keberangkatan. Sebelum melakukan perjalanan, orang tua harus mempersiapkan dengan baik segala sesuatunya demi kenyamanan dan keamanan anakya. Pada umumnya, persiapan untuk perjalanan dalam negeri dapat dilakukan 1-2 minggu sebelumnya; sedangkan untuk perjalanan ke luar negeri sebaiknya 2 bulan sebelumnya.
Pada ketentuan umum penerbangan, bayi berumur kurang dari 14 hari tidak diperkenankan dibawa dalam penerbangan udara. Demikian pula ibu hamil yang telah mendekati masa kelahiran diharapkan tidak bepergian dengan pesawat terbang. Sedangkan anak cacat, tentunya harus mendapat perhatian khusus seperti tempat duduk yang nyaman, bantuan ke toilet, obat dan alat-alat kedaruratan harus dipersiapkan.
Memangku anak atau menggendong anak sambil duduk dengan mempergunakan sabuk pengaman yang sama dengan orang tuanya sangat tidak aman terutama apabila terjadi turbulensi, pendaratan yang kasar (rough landing) atau apabila terjadi kecelakaan. Standar keamanan yang berlaku setelah tahun 1981, memberikan ketentuan untuk anak dengan berat badan kurang dari 20 kg harus duduk sendiri. The airline’s infant-seat policy harus ditanyakan terlebih dahulu saat melakukan pemesanan tempat.
Hal-hal umum lain yang harus diperhatikan sebelum berangkat adalah:
- Anak harus cukup istirahat .
- Makan makanan yang tidak terlampau berat sebelum berangkat, khususnya bagi anak yang menderita motion sickness.
- Aktifitas anak selama di dalam pesawat perlu diantisipasi oleh para orang tua. Pulpen, kertas, permainan kartu, mainan yang disukai dan dapat dilakukan di pesawat, dan buku merupakan bahan yang harus dibawa dalam tas untuk mengisi waktu selama perjalanan udara.
- Minum air putih dan makanan kecil (snacks) sangat membantu saat menunggu lama di terminal dan customs.
- Makanan khusus untuk bayi atau anak dapat dipesan sebelum penerbangan.
- Sediakan obat-obatan sederhana yang sering diperlukan.
MABUK PERJALANAN (MOTION SICKNESS)(1,3,6)
Anak yang menderita mabuk perjalanan, merupakan hal yang harus mendapat perhatian dari orang tua. Perasaan mual akibat goncangan kendaraan dapat dikurangi dengan duduk di mobil bagian depan, dekat jendela sehingga anak dapat melihat keluar dengan bebas, dan hindari makanan yang mengenyangkan sebelum berangkat.
Kaca mata hitam dapat mengurangi rasa mual dan bepergian pada malam hari dapat lebih menyenangkan untuk anak yang sangat sensitif tersebut. Obat anti mabuk hanya diperbolehkan diberikan pada anak berumur lebih dari 2 tahun dan diberikan satu jam sebelum berangkat. Daftar obat anti mabuk tertera seperti di bawah.
Contoh daftar obat mabuk perjalanan:
Obat bebas
- Diphenhydramine; dosis: 5 mg/kgBB/hari oral; Efek sedatif kuat
- Dimenhydrinate; dosis: usia 2-6th: 12,5-25 mg, oral, max 75mg/hr, usia 6-12th:25-50 mg,oral, max 150mg/hr, & usia >12th: 50mg, oral
- Meclizine; dosis: >12th: 25-50mg, oral, single dose; Tablet kunyah
Obat harus dengan resep dokter
- Scopolamine; dosis: > 12th: 0,5 mg tempel di belakang telinga, 4 jam sebelum berangkat
- Promethazine; dosis: > 2th: 0,5 mg/kgBB/kali, oral; Untuk klinis berat
ASPEK KEAMANAN(1,3,6)
Dalam melakukan wisata bersama anak, maka aspek keamanan merupakan hal harus senantiasa mendapat perhatian utama. Beberapa tips tertera berikut ini:
- Untuk mencegah kecelakaan termasuk keracunan, maka medical kit harus dipersiapkan selama dalam perjalanan maupun setelah berada di tempat tujuan. Kecelakaan dapat terjadi di dalam maupun di luar rumah, maka harus selalu dilakukan pengawasan oleh orang dewasa. Electrical outlet harus selalu ditutup. Juga penting pengawasan di sekitar kolam renang.
- Bahaya gigitan binatang termasuk serangga, akan mengakibatkan terjadinya infeksi, terutama terhadap infeksi kuman tetanus dan rabies.
- Seorang anak yang ikut orang tuanya bepergian ke daerah dengan ketinggian tertentu dapat mengalami penyakit akibat kekurangan konsentrasi oksigen. Gejala pada bayi dan anak sangat sulit diketahui, diawali dengan gejala anak menjadi iritabel, anoreksia, dan nyeri kepala. Gejala tersebut dapat dipicu oleh infeksi virus pada saluran nafas, namun mendadak menjadi parah. Hal ini dapat dihindari dengan istirahat setelah sampai di tujuan, banyak minum, cegah dehidrasi dan terlalu capek (overexercise).
- Anak yang sensitif terhadap panas matahari, sebaiknya mengurangi sinar matahari langsung. Pakaian harus nyaman dan dapat menyerap keringat dengan baik. Dianjurkan pemakaian sun-screen dengan sun protection factor (SPF) 15 dapat mencegah 93% terhadap sinar ultra violet, sedangkan SPF 30 mencegah hampir 97%.
Sunblock yang berisi zinc oxide atau titanum dioxide lebih berfungsi sebagai barier fisik daripada kimiawi. Sun screen jenis apapun hanya dapat dipergunakan untuk bayi berumur lebih dari 6 bulan, dianjurkan dipakai 30 menit sebelum terkena sinar matahari, dan dapat diulang setiap 2 jam sekali. Untuk pemakaian di dalam air dapat bertahan selama 80 menit. Untuk anak besar dapat dianjurkan memakai kaca mata hitam.
Daftar: Medical Kit Anak untuk Keperluan Wisata
Kartu kesehatan berisi:
- umur, berat badan
- riwayat penyakit yang penting, riwayat alergi
- golongan darah
- daftar imunisasi yang telah diberikan
Obat-obatan sederhana:
- acetaminophen
- ibuprofen
- antihistamin
- krim hidrokortison 1%
- obat batuk
- salep antibiotik untuk kulit
- krim anti jamur
- bedak salisil
Obat-obatan dengan resep dokter:
- obat yang diminum rutin dalam jumlah cukup
- antibiotik untuk traveler diarrhea
- anti malaria
Bila diperlukan dapat ditambahkan:
- antibiotik untuk recurrent otitis media
- injeksi ephinephrine apabila mempunyai riwayat alergi berat
- antibiotik tetes mata
- obat anti-mabuk
Obat-obatan P3K:
- termometer, peniti, plester
- sunscreen, lip balm
- oralit
- mosquito repellant
- povidone iodine solution
JADWAL VAKSINASI SESUAI UMUR (3,7)
Sebelum berangkat (4-6 minggu sebelumnya) bayi atau anak sebaiknya dibawa ke dokter keluarga untuk melengkapi jadual vaksinasinya. Setiap negara dapat mempunyai jadual vaksinasi wajib yang berbeda tergantung dari epidemiologi negara tersebut. Misalnya(8):
- Vaksinasi Haemophilus influenza b (Hib), di Amerika, Eropa, Australia, dan Malaysia merupakan vaksinasi wajib; sedangkan di Indonesia belum wajib namun dianjurkan.
- Vaksinasi Japanese encephalitis (JE) merupakan vaksinasi wajib untuk Jepang, Korea, Thailand; di Indonesia tidak diperlukan.
- Vaksinasi Meningitis meningokokus dan Yellow fever merupakan vaksinasi wajib untuk negara Afrika dan Eropa; di Indonesia tidak diperlukan.
Oleh karena itu, sebelum berangkat pelajari terlebih dahulu vaksinasi apa yang diperlukan untuk anak.
PENERBANGAN DENGAN ANAK DISABLE (9)
Di dalam buku-buku mengenai kecacatan pada anak terdapat beberapa istilah yang perlu dipahami. David Hall dan Peter D.Hill dalam bukunya The child with a disability, 1997 menyebutkan beberapa terminologi yang berhubungan dengan kecacatan yaitu disability dan handicap. Terminologi tersebut penting diketahui untuk menggambarkan berapa luas kelainan yang terdapat pada seorang anak.
Disability merupakan suatu keterbatasan dan gangguan kemampuan melakukan aktifitas sehari-hari untuk dapat berfungsi sebagai seorang manusia normal; misalnya seseorang yang tidak dapat berjalan. Keadaan ini berbeda dengan handicap atau kecacatan adalah seseorang tidak dapat melakukan kegiatan sosial kemanusiaan misalnya oleh karena seseorang menderita meningitis (penyakit, disorder) maka kakinya tidak dapat digerakkan (impairment), sehingga dia lumpuh (disability) maka sebagai akibatnya dia tidak dapat menikmati kegiatan sosial (handicap) sebagaimana orang yang dapat berjalan dengan normal.
Beberapa tips yang perlu diperhatikan dalam perjalanan udara dengan anak disable:
- Persiapan umum, sama dengan anak pada umumnya.
- Sebelum melakukan penerbangan carilah informasi ke airline yang bersangkutan mengenai ketentuan membawa anak disable dalam perjalanan udara, karena setiap airline dapat mempunyai peraturan yang berbeda.
- Memberitahukan kepada awak pesawat pada saat check-in, datang terlebih dahulu dari penumpang lain karena anak mungkin memerlukan kursi dorong. Pada umumnya untuk tidak mengganggu penumpang lain, anak dapat masuk ke pesawat lebih dulu dari penumpang lain.
- Mintakan tempat duduk yang lebih lapang (kursi baris pertama) sehingga orang tua dapat membantu keperluan anak dengan lebih leluasa.
- Untuk anak yang memerlukan obat, jangan lupa sertakan dalam tas. Apabila perlu bawa serta obat-obat emergency.
- Anak disable pada umumnya harus dibantu pada saat mempergunakan fasilitas toilet, persiapkan membawa popok disposable dan tisu basah yang cukup.
- Apabila anak tidak dapat makan seperti layaknya seorang anak normal, mintalah makanan dengan jenis makanan yang sesuai, apabila perlu bawa peralatan makan khusus yang biasa dipergunakan.
- Pilihlah penerbangan yang non-stop sehingga tidak terlalu merepotkan untuk naik turun pesawat.
KESIMPULAN
Wisata bersama anak akan memberikan kenangan tersendiri, namun perlu persiapan yang memadai sesuai dengan tingkat perkembangan anak, baik sebelum bepergian maupun setelah sampai di tempat tujuan. Persiapan 4-6 minggu sebelum berangkat diperlukan terutama untuk melengkapi vaksinasi dan mempersiapkan kondisi anak termasuk obat-obatan yang diminum rutin pada anak yang menderita penyakit kronis atau obat-obatan emergensi.
KEPUSTAKAAN
1. Mackell SM. Travel advice for pediatric travelers: infants, children, and adolescents. Dalam: The travel and tropical medicine manual. Jong EC, Mc Mulen R, penyunting. Edisi ketiga. Philladelphia, Saunders: Elsevier Science 2003.h.167- 85.
2. WHO. International travel and health. World Health Organization, Geneva 2003.
3. Kassianos GC. Traveller at risk: child traveler. Dalam: Immunization, childhood and travel health. Edisi ketiga. London: Blackwell Science, 1996.h.285-7.
4. Jong ECJ, McMullen R., penyunting. The travel and tropical medicine manual. Edisi ke-3. United States of America: Elsevier Science, Saunders 2003.
5. Health Information for International Travel www.publickealthfoundation.org
6. International Society of Travel Medicine www.istm.org
7. Hadinegoro SR. Jadwal imunisasi. Dalam: Pedoman imunisasi di Indonesia. Ranuh IGN, Suyitno H, Hadinegoro SR, Kartasasmita CB, penyunting. Edisi kedua. Jakarta: Satgas Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia 2005.h. 71-82
8. Firmansyah A, Rampengan TH, Syarif I, Musa DA. Vaksin untuk turis. Dalam: Pedoman imunisasi di Indonesia. Ranuh IGN, Suyitno H, Hadinegoro SR, Kartasasmita CB, penyunting. Edisi kedua. Jakarta: Satgas Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia 2005.h. 165-189.
9. Hall DM, Hill PD. The child with a disability. Edisi kedua. University of Cambridge United Kingdom: Blackwell Science 1997.
Oleh: Sri Rezeki S Hadinegoro
Departemen Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/
Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta
Sumber: CDK No. 152, 2006